Senin, 28 November 2011

Krisis SDM BMT Mengancam di 2013

http://koran.republika.co.id/koran/17/148728/Krisis_SDM_BMT_Mengancam_di_2013


Oleh Zaky Al Hamzah

Sejak diperkenalkan kali pertama pada 1994, pertumbuhan baitul mal wat tamwil (BMT) mengalami kenaikan signifikan. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah unit dan aset BMT tumbuh cukup signifikan. Untuk aset, kenaikan di kisaran 35-40 persen dari 2009 ke 2010. Tahun ini, pertumbuhan aset diprediksi minimal 40 persen. Konsekuensinya, dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang memadai. Bila tak disiapkan sejak dini, BMT mengalami krisis SDM pada 2013 nanti.


Selain pertumbuhan aset rata-rata 35-40 persen, financing to deposit ratio (dana yang disalurkan) mencapai sekitar 100 persen. Artinya, kinerja pembiayaan BMT di sejumlah daerah masih sangat bagus dalam beberapa tahun terakhir, di samping kebutuhan masyarakat semakin tinggi.

CEO PT Permodalan BMT Indonesia (PBMT Indonesia), Saat Suharto Amjad, menjelaskan jumlah aset yang dikelola hingga akhir tahun ini diperkirakan mencapai Rp 3,6 triliun. Jumlah itu mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp 3,2 triliun. “Di luar anggota (BMT Center), jumlah aset mencapai Rp 5 triliun,” jelas Saat kepada Republika di sela road show ratusan pengurus BMT Indonesia ke Kuala Lumpur, Malaysia, pekan lalu.

Jumlah BMT Center membawahi 70 persen dari lembaga keuangan mikro (LKM) berbasis syariah di Indonesia. Jumlah BMT se-Indonesia tercatat 3.900 unit dengan jumlah jaringan 5.000 kantor. Data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop dan UKM) tahun 2010, jumlah aset LKM baik di koperasi berbasis konvensional maupun syariah mencapai Rp 18 triliun.

Terkait pertumbuhan jumlah aset di 187 BMT yang dinaungi PBMT, Saat Suharto khawatir jumlah SDM tak memenuhi. Jumlah nasabah mencapai 1,6 juta orang, sedang karyawan hanya 400-500 ribu orang, atau rasio satu karyawan melayani tiga nasabah.

Sedangkan, pembiayaan rata-rata Rp 3,2 juta per nasabah. Dengan pembiayaan sebesar itu, BMT sangat efektif menyentuh strata paling bawah dalam struktur masyarakat. Hal ini yang mendorong lonjakan pembiayaan sekaligus aset. Pembiayaan sebesar itu juga efektif mengentaskan kemiskinan.

Dari aspek SDM, dia mengungkapkan, “Tahun ini kita butuh tambahan tiga ribu (SDM), itu pun masih belum terpenuhi.” Pada tahun depan, jumlah SDM juga dinilai masih bisa memenuhi sesuai pengelolaan nilai aset.

Namun, krisis SDM akan dirasakan pada 2013 nanti, di saat nilai aset terus meningkat. Perhitungan PBMT, jumlah dana kelola BMT mencapai Rp 7 triliun. Untuk jumlah BMT, diprediksi menjadi 220 unit. Maka, lanjutnya, kebutuhan SDM minimal dua lipat dari kebutuhan tahun ini atau sekitar enam ribu SDM baru untuk periode 2013. Dari sekian SDM, kebutuhan SDM yang sangat dibutuhkan adalah level manajer hingga manajer umum (GM).

Saat mengungkapkan, dibutuhkan kerja keras untuk melayani pembiayaan bagi masyarakat kelas bawah. Kemenkop dan UKM mencatat, potensi jumlah masyarakat yang berpeluang memiliki akses LKM sebanyak 42 juta jiwa. Jika 187 BMT baru melayani 1,6 juta nasabah, proporsinya tak sampai satu persen.  

Menurutnya, peluang BMT untuk menambah nasabah, meningkatan permodalan, ataupun aset masih besar. Sebab, dari 42 juta masyarakat kelas bawah masih enggan ke bank karena sejumlah persyaratan yang membelit. Seperti kepemilikan NPWP, agunan, dan prosesnya yang lama.

Ketua Umum Perhimpunan BMT Indonesia, Joelarso, optimistis BMT menjadi pilihan utama masyarakat kelas bawah, khususnya yang beragama Islam. Kini, jumlah BMT di bawah naungan Perhimpunan BMT mencapai 187 BMT yang tersebar di seluruh Indonesia. Keunggulan BMT dibandingkan lembaga keuangan seperti bank atau koperasi konvensional adalah pada keberagaman produk.

Di antara yang menonjol adalah BMT Travel yang melayani umrah dan haji khusus, dan PBMT Ta'awun yang melayani aspek tolong-menolong. PBMT Ta'awun ini semacam asuransi bagi para anggota pembiayaan. “Misalnya, ketika ada nasabah pembiayaan wafat di salah satu BMT, permodalan BMT langsung melunasi kekurangan pembiayaan itu sehingga ahli waris tidak terbebani untuk melunasinya,” jelas Joelarso yang juga pengurus BMT Alfadinar.

Manajer PBMT Institue, Burhan Nasrudin Latif, menambahkan, divisi PBMT Institute siap mencetak SDM-SDM baru selevel manajer dan GM. “Melalui PBMT Institute inilah, kekurangan SDM level manajer akan sedikit demi sedikit dikurangi. Selain itu, tugas lain divisi ini adalah menstandardisasi pengurus BMT di seluruh Indonesia agar sesuai haluan BMT,” kata Burhan yang juga manajer utama BMT Safinah. ed: firkah fansuri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar